Selasa, 29 Januari 2019

Dilema Pendidikan Tinggi Dunia Ketiga

Dilemma of Success
Higher Education in Advanced Developing Countries
(oleh Philip G. Altbach)
"The Dilemma of Success: Universities in Advanced Developing Countries," Prospects 12,no. 3 (1982): 293-312.


Sudah banyak diskusi atau wacana-wacana tentang dunia pendidikan di negara berkembang yang yang dilatarbelakangi oleh faktor – faktor seperti tingginya angka buta huruf, masalah ekonomi, kurangnya insfrastruktur dan rendahnya nilai dari dunia pendidikan. Masalah pengangguran, sarjana2 hijrah keluar negri, dan standar pendidikan yang rendah menjadi realitas yang sudah biasa. Realitas- realitas itu dipandang sebagai awal dari ketidakmajuan dan ketidakmandirian suatu negara. Melihat realitas ini negara2 itu beranggapan bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian yang penting dalam perkembangan pembangunan di negaranya dan perkembangan universitas menjadi kunci di negara berkembang tanpa memperhitungkan ideologi negara tersebut. Oleh karena itu penting untuk menganalisis masalah dan prospek perkembangan pendidikan di negara berkembang terlebih dahulu dan tantangan yang akan dihadapi.

Dalam dimensi yang luas, universitas2 di negara berkembang mirip dengan yang ada di Barat. Rasio murid guru, fasilitas perpustakaan dan laboratium, beban belajar dan bahkan gaji pengajar banyak yang mengikuti standar internasional. Masalahnya adalah kebanyakan fasilitas penelitian dan penerbit jurnal2 atau buku2 berasal dari Amerika dan Eropa, sehingga produktivitas dan penyebaran penelitian menjadi masalah besar bagi universitas2 di negara2 berkembang. Apa tantangannya? Intitusi pendidikan di Negara berkembang semua berdasarkan Barat, atau model colonial. Model ini cenderung melayani sedikit penduduk, dari segi biaya pendidikan maupun dari segi bahasa.
Dari wacana diatas masalah2 pendidikan di negara2 berkembang dapat dilihat dari infrastruktur pendidikan, kurikulum dan organisasi studi

1. Element2 kemajuan pendidikan

Elemen2 yang menjadi masalah adalah dari segi fasilitas, sumber daya manusianya dan tradisi akademik di negara2 berkembang. Dari segi fasilitas kita terbentur dengan dana, sehingga kita masih bergantung dengan dengan fasilitas negara2 barat. Sumber daya manusia di negara2 berkembang kurang berkualitas diakibatkan karena tidak meratanya pengembangan pendidikan. Tradisi akademik juga berpengaruh karena tujuan pendidikan di negara2 berkembang berangkat dari kebutuhan ekonomi, tidak heran lulusan sarjana yang pengangguran menjadi hal yang biasa dijumpai. Akibat yang ditimbulkan dari wacana di atas adalah dasar atau rangka dari pendidikan tidak terbangun.

2. Kurikulum dan organisasi studi

Dalam perkembangan pendidikan di negara2 berkembang, kurikulum yang dipakai berdasarkan dengan yang ada di negara2 Eropa (akibat kolonialisme). Dengan asumsi pelajar berasal dari latar berpendidikan yang tinggi, dan punya kemampuan untuk menempatkan diri di masyarakat. TEtapi kenyataannya di negara2 berkembang berbeda yang membuat asumsi tadi dipertanyakan. Begitu juga bila dilihat dari segi infrastruktur yang berbeda. Hal ini yang mebuat kurikulum dan organisasi studi di barat tidak cocok untuk negara2 berkembang.
Ada beberapa usaha dari negara2 tersebut untuk merubah perbedaan ini. Ada negara2 yang membuka institusi2 swasta yang memakai pengajar professional dari luar, ada negara yang membuat institute yang menyediakan studi akademik yang diperlukan negaranya. Usaha ini cukup berhasil bisa dilihat dari India dan Singapura.

3. Bahasa

Sesuai yang sudah diungkapkan diawal bahwa penerbit jurnal2 dan buku2 berasal dari Barat maka tidak heran bahasa menjadi masalah. Disini muncul fakta bahwa hanya sedikit orang2 yang menguasai bahasa asing di negara2 berkembang. Dan dengan adanya strata dalam masyarakat, kemungkinan hanya orang mampu yang mempunyai akses lebih dalam bahasa internasional akan mendominasi pendidikan tinggi.
Sudah ada kemajuan yang dibuat dalam penggunaan bahasa asli daripada bahasa asing, seperti Jepang yang walaupun masih bergantung dengan translasi dari bahasa Eropa, orang2 Jepang sudah mencapai pendidikan yang setara dengan bangsa Eropa.

4. Relasi pemerintah dengan Universitas

Relasi yang tepat antara pemerintah dan universitas yang kebanyakan sering menyediakan dana untuk pendidikan dan institusi akademik dan masalah akuntabilitas dan otonomi menjadi isu yang didebatkan. Di negar2 berkembang dimana pengeluaran untuk pendidikan tinggi dalam anggaran belanja negara tinggi menjadikan akuntabilitas pemerintah bisa diterima, namun karena pendidikan berdasar tradisi akademik kolonialisme, masalah otonomi menjadi sulit. Dilema yang terjadi adalah bilamana universitas sudah dapat otonomi, disamping kita memperoleh akademik freedom timbul masalah dengan keuangan universitas tersebut sehingga biaya sekolah akan sanat tinggi yang mengakibatkan tidak semua orang bisa merasakan pendidikan tinggi.

5. Pengaruh luar

Pernyataan bahwa universitas manapun adalah bagian dari suatu jaringan intelektual internasional adalah benar. Juga benar bila dikatakan yang memgang peranan penting dalam jaringan ini adalah universitas di negara industrial. Hal ini dikarenakan oleh tingkat intelektual yang di bawah negara2 maju dan juga factor bahasa yang bisa memisahkan kita dari jaringan internasional tadi. Ada beberapa usaha untuk mengatasi soal intelektualitas, seperti dengan mengirim pelajar ke negara2 maju dengan maksud agar sekembalinya dari sana akan bisa memberi masukan kepada negaranya. Namun itu menjadi masalah bilamana maksud tersebut tidak tercapai, akibatnya kekuatan negara2 maju makin kuat posisinya dalam jaringan tadi. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama antar regional untuk memainkan peranan penting dalam perkembangan universitas2 di negara2 berkembang.

6. Perubahan.

Perubahan di negara2 berkembang berbeda dengan yang ada di negara barat, dimana negara2 barat, perubahan diisi dengan untuk perubahan social dan nilai yang terkandung dalam pendidikan. Walaupun banyak usaha yang dilakukan negara2 berkembang, tetap saja system pendidikan colonial belum bisa dihilangkan. Perubahan ini memang proses yang susah dan tidak heran hanya sedikit system pendidikan yang secara siknifikan berubah sesuai fungsinya di negara berkembang. Karena kita juga tidak bisa begitu saja melepaskan diri begitu saja dengan perkembangan di luar sana. Mata kita terlalu berkaca – kaca dengan sistem yang dikembangkan disana tanpa melihat esensi dari pendidikan itu sendiri dan kondisi yang nyata.

Kesimpulan yang bisa saya ambil

  1. Sistem pendidikan yang meniru negara2 maju tidak cocok dengan negara2 berkembang yang bermasalah dengan kemiskinan dan kualitas intelektual SDMnya.
  2. Ada beberapa factor yang menghambat perkembangan pendidikan di negar2 berkembang.
  3. Analisis perkembangan negara berkembang yang berada pada level ekonomi dan pendidikan yang berada pada level tinggi adalah langkah awal untuk memprediksi arah masa depan negara2 berkembang.
  4. Membuat kerjasama antar regional untuk memperkuat perguruan tinggi antar negara – negara 
  5. Memang perubahan dalam pendidikan harus segera dimulai, karena saya yakin pendidikan adalah solusi atas masalah yang terjadi, dan pendidikan adalah modal manusia menjadi manusia seutuhnya.

diterjemahkan oleh Wahyu Sulchan, M.Sos